Download E Book Dahsyat
Silahakan Anda Download E-Book:
MEMBUAT UANG ANDA BEKERJA
Silahkan isi Kolom dibawah ini dan E-Book akan kami kirimkan kepada anda:

Nama Anda
Email Anda
Hal Dahsyat Lain? Silahkan Klik Link Dibawah Ini:

Kamis, 25 Agustus 2011

Rekening Hokky




Semua berawal sekitar tahun 2005 ( atau 2006 ya? Agak2 lupa. :D ). Saat itu, teman Kuliah bernama Romy SMS. Dia ngajak ketemuan. Yah, namanya teman pas kuliah, jadi di ‘iya’ kan saja pertemuan itu. Anggap aja ketemu teman lama.

Pulang kerja Romy ngajak makan di salah satu tempat makan di daerah Kebun Jeruk yang memang dekat dari kantor. Dan setelah ketemu and ngobrol2 sebentar, Romy mulai bercerita. And berhubung saya pendengar yang baik ( ;) ), ya didengarkanlah dengan seksama.

Romy bercerita mengenai tabungan. Perbandingan antara nabung di Bank, Bank + Asuransi, dan rekening Hokky ( apa pula itu Hokky? ). Dan setelah dijelaskan, meski tabungan itu paling bagus dibandingkan dengan jenis tabungan yang lain, ya saya gak ambil. :D ( maaf, ya Rom. Hehehe….)

Kenapa gak ambil padahal bagus? Nah, ini nih masalahnya alias biang keroknya. :D Doyan shopping bo’. Namanya juga baru selesai kuliah, and baru dapat kerja, jadi hawaannya pengeeennn semua barang. Pengen beli ini itu. Padahal gak jelas juga buat apa. Benar-benar lapar mata. Tagihan kartu kredit bengkak. Gesek sana, gesek sini. Uang gajian, nguap begitu aja. Hhhhh………… nasib-nasib.

Padahal niat Romy baik. Nyuruh nabung. Anak kecil pun tahu, nabung itu baik dan diajarkan sejak kecil sama Orang Tua. Tapi balik lagi, hati ini masih suka hambur-hamburkan uang. Jadinya, nasihat baik pun gak nyangkut di otak.

Tapi Romy gak mau nyerah gitu aja. Dia pun menawarkan sebuah bisnis. Tapi, gak mempan juga. Udah terlanjur nyaman sama kerjaan di kantor. Padahal gajinya kecil banged deh… :D Bisa dibilang, saat itu Romy pulang dengan tangan hampa.

Berjalannya waktu, tagihan kartu kredit makin bengkak. Dan juga gaji dirasa semakin kecil. Ya karena itu tadi, gak bisa memanage uang dengan baik. Padahal kalau dilihat sekarang, apa sih yang saya punya? Gak ada! Uang gajian yang dulu harusnya bisa buat beli mobil ( krn gak bisa naik motor, jd ya angan2nya beli mobil. Wkwkwkwk….), gak ada sisanya. Belanjaan karena lapar mata, skrg jadi barang rongsokan yang gak jelas. Bahkan gak tahu tuh, dulu uangnya buat beli apaan aja. Karena udah gak ada bekasnya sekarang. Fffiiiuuuuhhh…………..

Nah, seperti kebanyakan orang, ketika dirasa uang gajian dari satu Perusahaan gak mencukupi, saya pun loncat ke perusahaan lain.

Tiga tahun berselang, saya masih juga gak punya apa-apa. Dengan tagihan kartu kredit yang terus bergulung seperti bola salju. Dan uang gajian yang masih juga dirasa kurang. Tapi pemikiran saya sudah mulai matang. Karena, dari obrolan sama teman-teman kantor, ada lho cewek seumuran saya yang sudah memiliki banyak tabungan dan investasi.

WOW!!!

Namanya Icha. Dia cerita kalau dia begitu ketat mengatur keuangannya. Dan nabung buat biaya menikah. Belum lagi dia punya tabungan ini itu. Meski dibenak saya menikah masih jauh, ( :D ), tapi saya iri. Sungguh! Iri sama pemikiran Icha yang bisa lebih dewasa dan bijaksana. Dengan umur yang hampir sama, dia memiliki uang nyata di tabungan. Yang mana, uang gajiannya tidak hanya numpang lewat ke print di buku tabungan dan tercantum saldonya di ATM. Berbeda terbalik sama saya. Yang masih juga, BELUM PUNYA APA-APA. Uang tabungan aja gak punya. Apalagi punya mobil?

Sejak saat itu, saya mengetatkan kegiatan belanja saya. Dari kartu kredit yang tadinya 3, sekarang hanya tinggal 2. ( dua kok hanya?! Fffiiuuhhh ) karena yang 1 lagi, ada kartu tambahan buat Mama (ya, gpp lah. Itung2 nyenengin orang tua. :D ). Tutup 1 kartu kredit yang hampir over limit susahnya bukan main. Uang THR semuanya saya gunakan untuk tutup 1 kredit itu. Tapi karena udah terbiasa sama kartu kredit, ya tetap saya pergunakan 1 jenis kartu saja. Yang ada kartu tambahannya, gak saya pakai (sebisa mungkin sih. hehehe…. )

Dengan cara seperti itu, saya akhirnya punya uang tabungan. AHA! Senang banget deh. Dan karena tahu kelemahan diri sendiri, yang gak bisa manage uang kalau lihat saldo masih ada, saya pun akhirnya buka deposito. Dengan saldo awal minimum. Tapi lumayan lah. Bisa membuat uang saya aman.

HORRAAYYY!!! 

Dan suatu ketika, Icha cerita kalau dia juga ikut nabung di Prudential untuk tambah-tambah biaya pernikahannya. Dan dia ikut karena di Prudential, bisa diambil uangnya. Tanpa banyak tanya, saya langsung bilang, “Cha, gue mau ikut dong.”

Icha langsung menghubungi agennya. Dan agen itu pun menghubungi saya. Dan kami janjian di kantor utk bawa proposal. Karena saya minta dibuatkan perbandingan premi.

Ketika agen itu datang, yang saya lihat pertama kali di lembar proposalnya adalah nilai investasi setelah 10 tahun. Besaran yang mana? Kalau manfaat kesehatannya, sama sekali gak saya lihat. Hehehe…. Karena berpikir, toh kantor bisa reimburse. Meski sebenarnya cara saya kurang benar. Perkembangan uang itu saja sih yang menarik bagi saya. Walau demikian, sesungguhnya saya terproteksi dari Prudential dan juga uang saya berkembang.

Setelah tanda tangan SPAJ dll, sebulan kemudian polis saya jadi. Dan saya gak lihat isinya. Hehehehe… yang saya tahu, setiap bulan saya setor premi sesuai kemampuan dan kenyamanan saya.

Baru setelah beberapa saat, saya ingat kalau dulu juga Romy dari Prudential. Dan garis besar produk yang saya ikuti, saya tahu. Meski gak tahu-tahu amat sih. :D

Sempat menyesal, kenapa dulu pas ditawari Romy saya gak langsung ambil ya? Coba, kalau saya ambil, kan uang investasinya bisa lebih besar. Dan manfaat proteksinya juga pasti bisa lebih besar.

Yah, namanya menyesal selalu datangnya belakangan. Tapi, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. :D mumpung saya masih single, belum ada tanggungan. Dan bisa nabung semaksimal mungkin.

Jadi sekarang, saya bisa memanage uang saya dengan baik sekaligus terproteksi. 

0 komentar:

Posting Komentar